Telur Gabus aka Bidaran Keju |
Menghabiskan masa kecil dan sebagian masa dewasa di sebuah kota di Jawa Timur, saya merasakan sendiri kehebohan menjelang dan selama bulan suci ramadan. Apalagi almarhum mama papa memiliki keluarga lumayan besar. Walau saya sendiri selagi kecil tidak merasakan kehebohan mudik. Sebab keluarga kami justru jadi jujugan handai taulan dan para tamu ketika lebaran tiba.
Mama menyiapkan beberapa toples kue lebaran. Jenisnya sering berganti tiap tahun. Beberapa toples terdiri dari kue kering manis, keju, dan semprit. Kadang ada kacang goreng tanpa kulit. Kadang ada madu mongso. Semacam tape ketan, namun berbentuk seperti dodol. Kadang ada bidaran, telur gabus, atau stick keju. Kalau sempat, mama menggoreng bertoples melinjo.
Persiapan membuat kue lebaran sudah dimulai menjelang bulan puasa. Bahan-bahan membuat kue sudah mulai dibeli. Tepung terigu, telur, gula, mentega, kacang-kacangan, melinjo, dan sebagainya. Sebelum kue dibuat, tepung terigunya digongseng. Lalu diayak. Atau dijemur dan diayak. Biar kue keringnya lebih tahan lama, kata mama. Saya tidak pernah lagi melakukannya. Biasanya saya selalu bikin untuk konsumsi sendiri. Yang langsung habis dalam beberapa hari.
Sebagian bahan tersebut diperoleh dari hasil arisan. Dahulu ada arisan bahan. Mama menyerahkan sejumlah uang tiap bulan ke penyelenggara arisan. Jelang ramadan, uang yang terkumpul dirupakan bahan. Selain itu, ada pula arisan daging sapi. Yang dagingnya dibagikan beberapa hari menjelang lebaran. Enaknya pakai sistem arisan seperti ini, pesertanya gak perlu lagi mikir nambah pengeluaran belanja lebaran. Asal penyelenggaranya amanah, ya. Pernah juga saya mendengar kisah penyelenggara tak bertanggung jawab menggondol duit peserta entah kemana.
Seperti biasa nih, mau share resep malah ceritanya muter-muter dulu. Moga ajah gak bosen bacanya, yah.
Bidaran atau widaran jarang tampil sebagai kue lebaran di rumah kami dulu. Almarhum mama lebih suka menyebutnya sebagai stik keju atau widaran keju. Belakangan saya baru tahu kalau kue kering ini disebut juga sebagai telur gabus dan bahkan kue daki. Hehehe.
Berbeda dengan kebanyakan kue kering yang dipanggang., kue ini cukup digoreng aja. Ia #nooven, #nobake. Bisa dimikser atau diadon dengan menggunakan tangan. Jadi proses pembuatannya termasuk manual tidak menggunakan alat khusus. Yang membuat lama adalah proses membentuk adonan dengan tangan dan menggorengnya.
Resep Telur Gabus Keju
Bahan:
- 140 gr keju parut. Saya menggunakan keju gouda.
- 100 gr mentega. Jika disimpan dalam lemari es, keluarkan. Dan gunakan ketika sudah mencapai suhu ruangan.
- 450 gram tepung tapioka. Saya menggunakan 350 gr tapioka dan 100 gr tepung jagung halus. Hasilnya hampir sama saja.
- 4 butir telur
- Sedikit garam.
- 600 hingga 700 ml minyak goreng. Butuh minyak lumayan banyak untuk merendam dan menggoreng telur gabus keju.
Proses Pembuatan:
1. Campur telur, keju parut, garam, dan mentega. Kocok dengan menggunakan whisk. Saya pakai mixer saja untuk menghemat tenaga. Hehe.
2. Setelah tercampur rata, campurkan ke tepung tapioka. Karena pakai mixer, saya campurkan tepungnya sedikit demi sedikit. Kocok atau aduk pelan sampai kalis. Kalau tak pakai mixer sebaiknya diuleni dengan tangan.
3. Mulai proses membentuk adonan. Proses lama dan butuh kesabaran. Sebab kita bentuk kecil-kecil. Caranya: ambil adonan setengah jempol. Dengan dua telapak tangan dibulatkan lalu dipilin memanjang.
4. Masukkan adonan yang sudah terbentuk ke dalam minyak dingin di dalam wajan. Saya isi hingga hampir setinggi minyak. Sisa adonan saya bentuk dan diletakkan di atas piring plastik.
5. Setelah adonan selesai dibentuk, adonan yang sudah direndam minyak dingin bisa mulai dijerang di atas kompor. Pakai api sedang. Goreng hingga matang. Kalau mulai matang, adonanya mulai mengambang di permukaan minyak. Jangan langsung diangkat ketika baru mengambang. Tunggu beberapa menit sampai agak keras. Saya ambil satu dan dicicipi apakah sudah mencapai kematangan yang diinginkan.
Adonan bidaran dalam minyak dingin |
6. Sisa adonan yang disimpan di piring plastik, kemudian saya cemplungkan ke minyak yang sudah panas. Karena bakal kelamaan kalau menunggu minyaknya dingin dulu. Atau kudu menggunakan minyak goreng lebih banyak agar bisa cukup untuk merendam semua adonan. Cemplungin satu persatu agar tidak lengket satu sama lain.
Tekstur gorengan bidaran yang tak direndam minyak dingin dahulu memang berbeda. Ia lebih kasar. Dari segi rasa sama saja.
*Catatan: Pakai keju gouda rasa kejunya kurang nendang. Mungkin bisa diganti edamer atau cheddar. Bisa pula bikin setengah resep kalau dianggap kebanyakan. Kalau buat kami, setengah resep bisa-bisa langsung abis sekali makan. hihihi.
Selamat mencoba!
Tekstur gorengan bidaran yang tak direndam minyak dingin dahulu memang berbeda. Ia lebih kasar. Dari segi rasa sama saja.
*Catatan: Pakai keju gouda rasa kejunya kurang nendang. Mungkin bisa diganti edamer atau cheddar. Bisa pula bikin setengah resep kalau dianggap kebanyakan. Kalau buat kami, setengah resep bisa-bisa langsung abis sekali makan. hihihi.
Selamat mencoba!
Boleh deh ini buat buka puasa nanti
ReplyDelete