Perjalanan dari
seoul ke damyang, kota yang menyelenggarakan World Bamboo congress akan kami
tempuh selama 5 jam menggunakan bus, terbayang capeknya duduk selama itu. Kami
menggunakan bus antar kota dari terminal DongSeoul di Seoul menuju Gwangju.
Harga tiketnya lumayan, sepadan dengan Fasilitasnya.
tulisan yg menyatakan kami hanya makan ikan, telur dan sayuran |
Kami semua sepakat
memesan Bibimbap, makanan yang bisa kami makan yakni berupa, nasi, sayur-sayuran
yang terdiri dari toge, bayam, doraji (bunga lonceng), gosari ( daun
paku-pakuan), wortel, selada, nori dan telur mentah yang di sajikan dalam
ddukbaegi, gerabah khas korea yang berat dan tahan panas. Seperti biasa,
makanan pembuka berupa kimchi, ada yang berasa pedas ada yang tidak, sup toge
yang berbumbu tipis tapi menyegarkan.
bibimbap dan makanan pembuka |
bibimbap dengan telur mentah |
Berat ddukbaegi
untuk satu porsi bibimbap, kira-kira 1,5 kg. Karena beratnya itulah, saya jadi
tidak bisa membelinya, karena saya menemukannya di seoul sedangkan perjalanan
saya masih gwangju, damyang, busan, ditambah bawaan untuk pameran dan alat-alat
pekakas pertukangan.
Hikmahnya, jadi
masih punya alasan untuk kembali ke korea, hehe…
Sebelumnya saya pernah membuat bibimbap sewaktu di aachen, ditambahi daging cincang tumis lebih enak rasanya. Juga pernah mencicipi di salah satu resto korea waktu berkunjung ke kuala lumpur beberapa waktu lalu. Tapi mencicipi bibimbap di negara asalnya rasanya akan lebih asli bukan?
Sebelumnya saya pernah membuat bibimbap sewaktu di aachen, ditambahi daging cincang tumis lebih enak rasanya. Juga pernah mencicipi di salah satu resto korea waktu berkunjung ke kuala lumpur beberapa waktu lalu. Tapi mencicipi bibimbap di negara asalnya rasanya akan lebih asli bukan?
Setelah Bibimbap
kami tersaji di meja, cepat-cepat kami mengaduknya, supaya telor mentah yang
berada di atasnya tercampur dengan nasi panas dalam ddukbaegi yang panas juga,
hingga si telor matang sempurna. Bibimbap siap di nikmati.
Tepat pukul 13.00
waktu setempat, bus yang kami tunggu datang. Kami segera menyimpan koper
dibagasi dan mencari tempat duduk sesuai nomor.
Ditengah
perjalanan, bus berhenti sejenak di tempat peristirahatan. Seperti biasa, saya
turun untuk ke kamar kecil dan melakukan senam kecil supaya badan sedikit
bugar. Dan tentu saja, celingak celinguk nyari jajanan. Sederetan jajanan
dijual, mulai dari sate ayam korea, pancake, eomuk, gurita panggang, aneka
gorengan sayuran dan hasil laut, jagung rebus
dan kacang rebus.
Sayangnya jajanan disana
harganya mahal dan juga sepertinya tidak ada batasan, contohnya aneka gorengan
sayur di sampingnya ada sosis, karena keraguan dan ketidak tahuan, akhirnya
saya masuk ke dalam supermarketnya.
Saya membeli
cemilan yang ada tulisan inggrisnya, jadilah saya membeli kerupuk ikan ini
dengan minuman soda rasa jeruk penghilang kantuk. Walaupun ada juga, gurita
yang di keringkan, ikan bonito, dan penganan lainnya. Tapi karena terbersit
keraguan, saya tidak jadi membelinya.
Perjalanan kami
lanjutkan, sepanjang perjalanan kami bisa melihat hutan-hutan, sungai dan
beberapa bangunan tradisional khas korea, indah sekali. Karena semuanya tertata
dengan baik, rapih dan bersih. Hati saya bahagia sekali, karena masih berasa
mimpi, masih berasa menonton film-film korea.
Tak lama kemudian kami
sudah sampai di kota kedua yang akan kami tuju, Gwangju. Khayalan saya
terhenti, karena harus segera turun dan mendorong koper besar, mencari taksi untuk
menuju ke penginapan.
bibimbapnya pakai bumbu apa teh gochujang aja atau dikasih bumbu lain lagi?
ReplyDeletegochujang aja lia.. g pake apa2...
Delete