Varian olahan kacang adalah cemilan yang sangat umum. Tak hanya di Indonesia. Di Jerman, tempat tinggal saya sekarang pun demikian.
Di masa kecil saya, kacang tanah paling sering digunakan sebagai cemilan. Ada yang disangrai, digoreng, maupun direbus. Kacang rebus dijual orang di malam hari. Bersama dengan pisang rebus. Kalau kacang goreng, digoreng bersama kulit arinya, atau tanpa kulit ari. Kacang goreng tanpa kulit ari kami sebut kacang plencet.
Kacang plencet cemilan semi wajib dahulu di hari lebaran Idhul Fitri. Buatnya di bulan puasa. Sekali bikin bisa dua kg kacang. Yang direndam dulu. Lalu dikupas kulit arinya. Proses mengupas kulit ari begitu menyiksa. Tiga jari kanan, ibu jari, telunjuk dan jari tengah siap-siap pegal. Berjam-jam kami serumah melakukannya. Sampai tangan kanan kisut (mengkerut) karena basah. Waktu mudik lebaran kemarin, saya sempat bernostalgia mengenang masa-masa ini bersama para sepupu.
Jenis camilan kacang tanah lainnya yang saya kenal semasa kecil adalah kacang telur. Ini kacang tanah berbungkus adonan tepung dan gula. kacang dibungkus satu per satu dengan adonan tepung. Lalu digoreng. Mama saya dulu sering membuat, dan menerima pesanan. Beliau pilih kacang tanah berbulir besar. Agar mudah membungkusnya. Rasanya manis dan renyah. Selain kacang telur ada juga kacang atom dan kacang bawang. Kacang bawang juga kacang tanah berbungkus butih. bentuknya bulat-bulat. Rasanya gurih.
Kedelai goreng, buat saya juga merupakan cemilan gurih yang lezat. Apalagi jika pintar mengolahnya. Kedelainya tidak keras setelah digoreng.
Di antara beberapa jenis olahan kacang ini, salah satu yang paling saya suka adalah kacang bogor. Di kampung halaman saya, ia disebut sebagai kacang kapri. Saat masih kecil, bisa beli kemasan dalam plastik kecil seberat 100 gr. Sampai sekarang saya sesekali membelinya. Walau harus menyeberang di negara tetangga, Belanda.
Setelah berada di Jerman, ternyata banyak orang sini juga suka makan kacang sebagai cemilan. Di sini pula saya mulai mengenal jenis kacang dan olahannya. Jika pergi ke supermarket, sering kali kita akan mendapati campuran kacang dikemas dalam wadah cantik dan disebut sebagai makanan mahasiswa (Studentenfütter). Mengapa? Karena dengan banyak makan kacang, konon bisa meningkatkan daya konsentrasi kita. Cocok sekali buat mahasiswa, kan.
Di Jerman, cemilan kacang tanah dijual dalam kaleng. Biasanya sudah tanpa kulit ari. Bukan digoreng. Melainkan disangrai dan diberi garam. Jika ingin kacang tanah dengan kulit luarnya, mirip kacang garuda, harus menunggu musim gugur. Rasanya tidak segurih kacang garuda.
Kacang lokal yang sudah saya kenal dan cicipi adalah almond, Chestnut, haselnut, walnut, pistachios dan macadamia. Rata-rata kacang tersebut kulitnya keras. Apalagi walnut. Perlu tang khusus buat membuka kulitnya. Tumbuhnya di pohon besar. Chestnut biasanya muncul di pasaran saat musim gugur dan musim dingin.
Almond paling saya suka. Kadang, almond mentah saya rendam semalaman. Lalu dimakan keesokan harinya. Menurut informasi seorang teman, sering makan almond mentah seperti itu bisa membuat kulis mulus dan awet muda. Entahlah. Benar atau tidak, saya suka rasanya.
Almond paling saya suka. Kadang, almond mentah saya rendam semalaman. Lalu dimakan keesokan harinya. Menurut informasi seorang teman, sering makan almond mentah seperti itu bisa membuat kulis mulus dan awet muda. Entahlah. Benar atau tidak, saya suka rasanya.
"Coba kamu perhatikan, apa perbedaan antara cemilan kacang Indonesia dengan Jerman?" tanya seorang teman Jerman ketika kami bertandang ke rumahnya. Di atas meja ruang tamu tertata tatakan-tatakan berisi bermacam olahan kacang. karena istrinya orang Indonesia, maka ada kacang dari Indonesia.
"Apa?" tanya saya balik.
"Kacang Indonesia biasanya asin. Cemilan kacang Jerman manis," jawabnya.
Saya perhatikan lagi permukaan meja. Benar juga. kacang Indonesia bergaram dan berbawang. Kacang Jerman disangrai dengan campuran tepung dan gula. Bila ada pasar malam atau pasar natal, pasti ada stan penjual khusus olahan kacang. Satu wadah 1 ons, biasanya dijual dengan harga 2 euro (Rp. 28.000,-). Enak. Tapi jangan sering-sering biar kantong gak bolong. hehe.
Dan baik manis maupun asin, saya suka semuanya. *maruk* :)
almond khan bisa di buat susu kaya kedelai mbak... enaak... sayang disini mahil hehe...
ReplyDeleteCara bikinnya mirip susu kedelai juga, Tan? Di sini juga mahal lah Tan. Apalagi kalau buat susu, butuhnya kan banyak. :)
DeleteItu kacang-kacang yang namanya susah disebut haha, paling icip kalau sudah berada di isi cokelat batangan. Pingin icip yang original. Hmmm
ReplyDeleteBiasanya aku suka bawa almond mentah pas mudik. Semoga kapan2 gak lupa bawain buat Cek Yan. :)
DeleteDulu saya suka banget sama kacang tp gara2 berefek samping ke muka, sekarang g pernah makan, palingan klo kacang polong jepang itu baru deh sikat abis
ReplyDeleteHuaaaa.... yang rasa pedes gak ketulungan itu ya, Mas Priyo?
Deletekalau di India segala kacang2an berbungkus bumbu rempah. hadew. jadilah beli kacang sendiri digoreng sama garam dan bawang putih. bener kata Teman sampeyan yang orang jerman itu :)
ReplyDeleteMalah enak banget iku Zulfa, gurih... :)
DeleteAku suka kacaaang... kalo makan kacang itu susaah berentinya :)
ReplyDeleteTossss, Mbak Dee An... :)
Deletetahu macem2 kacang malah di jerman mba..
ReplyDeleteUniknya, kacang di sini kebanyakan tumbuh di pohon gede ya, Ma.
Delete