"Kapan nih, kita makan sate padang lagi?" tanya suami sesekali kalau sedang kangen makanan kampung halamannya.
"Mami, aku pengen sate ayam," tak jarang si sulung kami merengek minta dimasakin salah satu makanan favoritnya.
Sate memang makanan yang sangat disukai dalam keluarga kami. Sate kambing, sate bumbu rujak dan sate padang yang berbahan dasar daging sapi, sate ayam, dan pernah juga saya mencoba sate lilit berbahan dasar ikan. Sayangnya yang terakhir kurang berhasil. Hiks.
Meski pun saya tinggal di negeri dengan empat musim, barbeku atau barbeque atau grillen dalam bahasa Jerman ini tak mengenal musim. kapan saja bisa dilakukan. Asal punya panggangan saja.
Awal-awal tinggal di Jerman, saya terkejut melihat kesukaan orang Jerman barbekuan. Di hampir setiap rumah, saya melihat alat panggangan besar di halamannya. Di apartemen juga begitu. Alat panggangan akan sering kita jumpai di balkon-balkon mereka.
Waktu masih tinggal di Indonesia, walau di rumah punya panggangan, namun jarang sekali digunakan. Paling kalau ada acara keluarga atau saat mama memasak sate bumbu rujak yang jarang bisa dibeli di luar. Selebihnya, beli matengan ajah. Lebih praktis memang. Tak perlu beli arang, kipas-kipas, dan kena asap pembakaran.
Di Jerman ini, rasanya bakar-bakar ini sudah menjadi tradisi yang mendarah daging. Disuka oleh segala lapisan umur. Mulai anak kecil sampai kakek nenek.
Kami sekeluarga ketularan. Sejak zaman mahasiswa sampai sekarang kami suka barbekuan. Emang saya juga dasarnya suka makan sate. Dulu cuma kenal sate ayam dan kambing yang berbumbu kacang atau kecap manis itu. Dan sate daging sapi bumbu rujak kesukaan mama saya.
Saat ini saya gak cuma kenal sate asal Indonesia, namun juga menjajal resep manca negara. Yang rasanya sesuai lidah, misalnya adalah daging bakar bumbu Turki. Di musim semi dan musim gugur, warga Turki di kota tempat saya tinggal sering mengadakan Kermes. Atau bazar. Di sini kami bisa mencicipi aneka sate Turki dengan harga relatif miring.
Bentuk sate Turki berbeda dengan kita. Mereka manggang dagingnya gak pakai tusukan. Yang paling umum dijual di Kermes adalah sayap ayam, kofte (terbuat dari daging cincang, sapi, kambing atau campuran keduanya), serta potongan daging sapi atau kalkun. Dimakan bersama zaziki (saus yoghurt) dan salat. Di acara bazar seperti ini, mereka punya panggangan gede banget. Ukurannya ada kali 2 kali setengah meter persegi.
Kalau sedang tak ada Kermes, saya kadang membeli daging mentah, tapi yang sudah dibumbui di toko daging halal. Di rumah tinggal dibakar sendiri. Tinggal bikin zaziki sendiri. Resepnya? Kapan-kapan, yaks.
Di rumah, kami punya bermacam alat panggangan. Buat outdoor atau indoor. Yang outdoor pakai arang. Ini dipakainya di musim panas. Kalau sedang hangat dan cuaca cerah, undangan barbeku banyak berdatangan. Baik dari teman pengajian, keluarga sahabat, atau sekadar kumpul-kumpul sambil nyate. Bakar-bakar sate sambil ngobrol ngalor ngidul sama teman itu assoy sekali.
Kalau indoor pakai listrik. Panggangan listrik kami, adalah panggangan meja. Bisa dibawa keluar rumah juga. Asal punya kabel panjang. Kalau sedang kehabisan arang, kami pakai ini. Di dapur, saya punya satu grill pan. Dipakai di atas kompor. Pakai listrik juga, karena saya menggunakan kompor listrik.
Grill pan saya fungsikan jikalau ingin nyate, tapi volumenya sedikit. Untuk sekali makan. Biasanya sate ayam. Untuk sate ini, saya menggunakan fillet dada ayam. Sekali masak cuma setengah kilogram ayam fillet saja. Dagingnya lebih cepat matang. Untuk sate padang dan sate yang berbahan daging merah, saya lebih suka menggunakan panggangan meja.
Lapisan teflon grill pan di rumah, sudah mulai terkikis. Saya pernah berpikir untuk tidak menggunakannya lagi. Karena saat dipakai, walau sudah dilapisi minyak, dagingnya menempel. Membersihkannya pun susah. Eh kemudian saya melihat Lia menggunakan grill pan yang dilapisi aluminium foil. Saya beli aluminium foil khusus untuk barbeku. Praktis banget. Selesai nyate, tinggal buang aluminium foil-nya. Tinggal dicuci sebentar, dilap, simpan lagi grill pan di lemari.
"Mami, aku pengen sate ayam," tak jarang si sulung kami merengek minta dimasakin salah satu makanan favoritnya.
Sate memang makanan yang sangat disukai dalam keluarga kami. Sate kambing, sate bumbu rujak dan sate padang yang berbahan dasar daging sapi, sate ayam, dan pernah juga saya mencoba sate lilit berbahan dasar ikan. Sayangnya yang terakhir kurang berhasil. Hiks.
Meski pun saya tinggal di negeri dengan empat musim, barbeku atau barbeque atau grillen dalam bahasa Jerman ini tak mengenal musim. kapan saja bisa dilakukan. Asal punya panggangan saja.
Awal-awal tinggal di Jerman, saya terkejut melihat kesukaan orang Jerman barbekuan. Di hampir setiap rumah, saya melihat alat panggangan besar di halamannya. Di apartemen juga begitu. Alat panggangan akan sering kita jumpai di balkon-balkon mereka.
Waktu masih tinggal di Indonesia, walau di rumah punya panggangan, namun jarang sekali digunakan. Paling kalau ada acara keluarga atau saat mama memasak sate bumbu rujak yang jarang bisa dibeli di luar. Selebihnya, beli matengan ajah. Lebih praktis memang. Tak perlu beli arang, kipas-kipas, dan kena asap pembakaran.
Di Jerman ini, rasanya bakar-bakar ini sudah menjadi tradisi yang mendarah daging. Disuka oleh segala lapisan umur. Mulai anak kecil sampai kakek nenek.
Kami sekeluarga ketularan. Sejak zaman mahasiswa sampai sekarang kami suka barbekuan. Emang saya juga dasarnya suka makan sate. Dulu cuma kenal sate ayam dan kambing yang berbumbu kacang atau kecap manis itu. Dan sate daging sapi bumbu rujak kesukaan mama saya.
Saat ini saya gak cuma kenal sate asal Indonesia, namun juga menjajal resep manca negara. Yang rasanya sesuai lidah, misalnya adalah daging bakar bumbu Turki. Di musim semi dan musim gugur, warga Turki di kota tempat saya tinggal sering mengadakan Kermes. Atau bazar. Di sini kami bisa mencicipi aneka sate Turki dengan harga relatif miring.
Bentuk sate Turki berbeda dengan kita. Mereka manggang dagingnya gak pakai tusukan. Yang paling umum dijual di Kermes adalah sayap ayam, kofte (terbuat dari daging cincang, sapi, kambing atau campuran keduanya), serta potongan daging sapi atau kalkun. Dimakan bersama zaziki (saus yoghurt) dan salat. Di acara bazar seperti ini, mereka punya panggangan gede banget. Ukurannya ada kali 2 kali setengah meter persegi.
Kalau sedang tak ada Kermes, saya kadang membeli daging mentah, tapi yang sudah dibumbui di toko daging halal. Di rumah tinggal dibakar sendiri. Tinggal bikin zaziki sendiri. Resepnya? Kapan-kapan, yaks.
Di rumah, kami punya bermacam alat panggangan. Buat outdoor atau indoor. Yang outdoor pakai arang. Ini dipakainya di musim panas. Kalau sedang hangat dan cuaca cerah, undangan barbeku banyak berdatangan. Baik dari teman pengajian, keluarga sahabat, atau sekadar kumpul-kumpul sambil nyate. Bakar-bakar sate sambil ngobrol ngalor ngidul sama teman itu assoy sekali.
Kalau indoor pakai listrik. Panggangan listrik kami, adalah panggangan meja. Bisa dibawa keluar rumah juga. Asal punya kabel panjang. Kalau sedang kehabisan arang, kami pakai ini. Di dapur, saya punya satu grill pan. Dipakai di atas kompor. Pakai listrik juga, karena saya menggunakan kompor listrik.
Grill pan saya fungsikan jikalau ingin nyate, tapi volumenya sedikit. Untuk sekali makan. Biasanya sate ayam. Untuk sate ini, saya menggunakan fillet dada ayam. Sekali masak cuma setengah kilogram ayam fillet saja. Dagingnya lebih cepat matang. Untuk sate padang dan sate yang berbahan daging merah, saya lebih suka menggunakan panggangan meja.
Lapisan teflon grill pan di rumah, sudah mulai terkikis. Saya pernah berpikir untuk tidak menggunakannya lagi. Karena saat dipakai, walau sudah dilapisi minyak, dagingnya menempel. Membersihkannya pun susah. Eh kemudian saya melihat Lia menggunakan grill pan yang dilapisi aluminium foil. Saya beli aluminium foil khusus untuk barbeku. Praktis banget. Selesai nyate, tinggal buang aluminium foil-nya. Tinggal dicuci sebentar, dilap, simpan lagi grill pan di lemari.
sipp thanks infonya
ReplyDeleteSama2, semoga bermanfaat.
DeleteKalo di Surabaya dulu lumayan sering nyate, mbak... Apalagi kalo pas Idul Adha, wuiih... bisa nyate semalaman.. Sejak di Batam udah jarang...
ReplyDeletenyate pake panggangan lebih enak mba.. gak kotor rumahnya... hihihihihi
DeleteSate India ala kebab sampe tandoori ada banyak. Tapi Masih tetep cinta ama sate Indonesia dengan kecap manisnya. Hik hik hiks kecap manisku bawa dari tanah air dah habis. Jarang Sate an sekarang :( ganti kebab an :)
ReplyDeletedi rumah juga punya panggangan Mbak, selain buat layani pesanan ayam panggang juga buat masak sendiri.
ReplyDeleteMbak Dee An: wow, nyate semalem, seberapa banyak dagingnya, Mbak?
ReplyDeleteZulfa: Enak gak sate India, Zulfa. Aku sing tau nyobak Chicken Tikka. Aku seneng...
@Mas Ihwan: Duhhh, enaknya yang istrinya pinter masak. Kapan2 pengen ikut incip2 masakan Ivon, ya..
Jadi ingeeettt acara grillen di rumah mb ira duluu... Seruuuuu... Makasih sharenyaaa mbaaa... Ini mau coba bikin sate yg nggak ngotori rumah juga...
ReplyDeleteIde pakai aluminium foilnya boleh juga tuh mbak. Aku baru tahu. Trims.
ReplyDelete@Ima: Pas di rumah Lia juga seru, Ma. Yang kita foto2 bareng di bawah pohon itu, lho... Kenangan manis banget, deh.
ReplyDelete@Mbak Rien: ini biar gak susah nyuci grill pannya, Mbak Rien. Selamat mencoba, ya..
iyaaaaa.. dan masih ada kesimpen rapiiii di sini.... ^_^
Delete