Berlibur tanpa berwisata kuliner kok rasanya ada yang kurang, yah. Tapi kalau di Eropa, tempat kami sekarang bermukim, tak bisa seenaknya kami yang muslim berwisata kuliner. Harus sering bertanya, apakah ada bahan tak halal di sana. Jadi jarang sekali kami makan di rumah makan selama bepergian. Kecuali jika sudah yakin, atau ada label halal di sana.
Nah, kalau pergi ke negeri yang mayoritas muslim, lebih enak. Variasi makanan halal jauh lebih banyak. Harganya terjangkau. Seperti saat mengunjungi Maroko, dan Turki beberapa waktu lalu. Kami sekeluarga sudah terbiasa mencicipi masakan Turki. Sebab selama ini kami sudah sering bergaul dengan orang Turki, makan hidangan mereka.
Makanan murah mudah sekali ditemukan. Bahkan di tempat-tempat wisata utama. Walau kalau mau lebih murah mending cari rumah makan di pasar tak terkenal atau agak pinggiran. Walau didominasi daging, kita masih bisa melihat makanan vegetarian di menu. Siap melayani segala selera.
Yang paling menyolok selama mengunjungi negeri ini adalah banyaknya warung makanan manis. Alias penjual baklava, lokkum, dan makanan manis lainnya. Hampir tiap beberapa puluh meter ada. Di rumah makan biasa pun ada juga dijual sebagai makanan penutup. Orang Turki suka sekali makanan manis. Saya juga suka baklava. Tapi tak bisa makan banyak sekali makan. Sepotong sudah cukup.
Jika sedang jalan, dan tak sempat mampir ke rumah makan, kami beli simit, roti bertabur wijen berbentuk cincin. Lumayan sebagai pengganjal perut. Jahung bakar dan chestnut bakar juga bisa dibeli dimana-mana. Minumnya? Paling enak minum jus jeruk atau delima segar kaki lima. Murah meriah.
Nah, kalau pergi ke negeri yang mayoritas muslim, lebih enak. Variasi makanan halal jauh lebih banyak. Harganya terjangkau. Seperti saat mengunjungi Maroko, dan Turki beberapa waktu lalu. Kami sekeluarga sudah terbiasa mencicipi masakan Turki. Sebab selama ini kami sudah sering bergaul dengan orang Turki, makan hidangan mereka.
Makanan murah mudah sekali ditemukan. Bahkan di tempat-tempat wisata utama. Walau kalau mau lebih murah mending cari rumah makan di pasar tak terkenal atau agak pinggiran. Walau didominasi daging, kita masih bisa melihat makanan vegetarian di menu. Siap melayani segala selera.
Yang paling menyolok selama mengunjungi negeri ini adalah banyaknya warung makanan manis. Alias penjual baklava, lokkum, dan makanan manis lainnya. Hampir tiap beberapa puluh meter ada. Di rumah makan biasa pun ada juga dijual sebagai makanan penutup. Orang Turki suka sekali makanan manis. Saya juga suka baklava. Tapi tak bisa makan banyak sekali makan. Sepotong sudah cukup.
Jika sedang jalan, dan tak sempat mampir ke rumah makan, kami beli simit, roti bertabur wijen berbentuk cincin. Lumayan sebagai pengganjal perut. Jahung bakar dan chestnut bakar juga bisa dibeli dimana-mana. Minumnya? Paling enak minum jus jeruk atau delima segar kaki lima. Murah meriah.
No comments:
Post a Comment