Dengar isue2 yang tidak mengenakan tentang banyaknya restoran tidak halal di Indonesia jadi berasa sedih yah. Yang disayangkan disini adalah kesadaran masyarakatnya tentang produk halal itu memang terlihat kurang.
kesadaran tentang pentingnya bertanya status kehalalan makanan ini, memang saya pribadi peroleh ketika tinggal di luar negeri. Dimana setiap jenis makanan harus dipastikan kondisi kehalalannya. Padahal di Indonesia, asal tidak jelas2 menyediakan babi, apapun kayaknya dimakan yah.
Pernah suatu ketika saya mudik dan menanyakan kehalalan kue sacher yang terpampang di etalase salah satu bakery ternama di mall jakarta. Karena saya tahu kalau kue sacher yang asli itu pasti pakai alkohol. Nah si pelayannya hanya menertawakan saya, dan dia bilang ini semua halal. Tapi saya bolak balik mencari label halal di restaurant itu kok gak ada. Ini membuat saya tidak merasa yakin dan akhirnya kami tinggalkan.
Berbalik ke tema awal. Saya teringat pernah masak bareng dengan satu tetangga baik kami. Dia senang sekali memasak, waktu itu kami belajar bareng-bareng membuat roti boy. Wah seneng banget, karena di rantau sini gak ada yang jualan roti boy. Akhirnya inisiatif buat sendiri cari resep2 sendiri, hasilnya belum begitu memuaskan seperti aslinya, tapi hasilnya yang terpampang di foto bawah ini kalau ditilai sekitar 70% keberhasilannya.
Resepnya diperoleh dari sumber yang lupa asal usulnya. Tapi kurang lebih seperti ini klo menurut neng Chitra:
Bahan A:
500 gram tepung terigu protein tinggi
220 ml susu cair
3 sdt ragi instan
2 butir telur
Bahan B:
75 gram salted butter
1 sdt garam
Isian :
160 gram salted butter, bagi menjadi 16 bagian @ 10 gram
Bahan Topping :
75 gram unsalted butter
100 g gula halus
2 sdm kopi instan espresso (bukan kopi tubruk ya mbak lia :p )
1 butir telur
75 gram tepung terigu protein rendah
20 gram susu bubuk
- Campurkan semua bahan A, uleni hingga kalis. Masukkan bahan B, aduk dan uleni hingga rata dan elastis.
500 gram tepung terigu protein tinggi
220 ml susu cair
3 sdt ragi instan
2 butir telur
Bahan B:
75 gram salted butter
1 sdt garam
Isian :
160 gram salted butter, bagi menjadi 16 bagian @ 10 gram
Bahan Topping :
75 gram unsalted butter
100 g gula halus
2 sdm kopi instan espresso (bukan kopi tubruk ya mbak lia :p )
1 butir telur
75 gram tepung terigu protein rendah
20 gram susu bubuk
- Campurkan semua bahan A, uleni hingga kalis. Masukkan bahan B, aduk dan uleni hingga rata dan elastis.
- Bulatkan adonan, diamkan 30 menit.
- Kempiskan adonan, bagi menjadi 16 bagian, pipihkan, isi dengan butter, bulatkan kembali. Diamkan 45 menit.
- Topping : Kocok mentega, tepung gula, dan kopi instant sampai lembut, masukkan telur, kocok merata. Masukkan tepung terigu dan susu bubuk
- Semprotkan adonan topping ke atas adonan roti dengan plastik segitiga (tambahan : bentuk melingkar seperti obat nyamuk bakar dari puncak roti sampai 3/4 ke bawahnya)
- Panggang dengan suhu 160 derajat celcius selama kurang lebih 13 menit.
(Foto dan Resep dari Chitra H.A.)
setuju sekali dengan tulisan mba ttg halal-haram. orang kita suka 'menyepelekan' atau take it for granted (hihi bener ga spellingnya). Ilmu ttg halal-haram perlu lebih disosialisasikan lagi kayaknya. Dimulai dari anak usia sekolah. Terima kasih resep roti boy-nya :)
ReplyDeletesetuju bunda... kadang kita berasumsi haram itu daging B2 n Anj*** aja, ato cairan yang ber alkohol aja. kita lupa, semua olahan yang mengandung bahan2 yang haram tetap haram jatuhnya..
ReplyDeletejangan karena enak ato pengen gaul jadi mengabaikan halal haram.....
Miris ya. Di negara mayoritas muslim halal haram kurang diperhatikan ^^
ReplyDelete