Bulan Ramadan baru saja berakhir. Berganti bulan Syawal yang penuh makanan di Idhul Fitri. Setiap kali memasuki bulan puasa, ada saja pengalaman baru dan unik kita alami. Seperti kami di belahan bumi Eropa yang semakin menaiki puncak musim panas. Artinya, hari yang makin panjang. Demikian pula bilangan jam puasa kami. Tahun ini kami di Jerman, terpanjang kami pusa sekira 18,5 jam.
Tak hanya panjang, berbeda dengan bulan Ramadhan tahun lalu yang musim panasnya lebih sering diguyur hujan, tahun ini hujan jarang turun. Suhu udara merayap menuju angka 40°C. Terutama di Jerman Timur dan Selatan. Kami di barat, mengalami suhu terpanas sekitar 37°C. Badan terasa jauh lebih lemas dibanding puasa biasanya. Saya belum bisa membayangkan, bagaimana mereka yang berpuasa di bawah suhu terik mendekati angka 50°C.
Hari panjang menjadikan jadwal buka dan sahur menjadi berdekatan. Buka sekitar pukul 10 malam. Sahur pukul 2 hingga setengah tiga. Belum lagi makanan turun di perut, sudah hendak diisi lagi. Saya sendiri lebih banyak makan buah-buahan selama sahur. Siang hari saat panas-panasnya dan kegiatan jarang, tidurlah yang jadi penghalau lapar sementara.
Alhamdulillah, walau jam tidur bergeser, ibadah puasa tergolong lancar. Si Embak, anak sulung kami masih tetap berpuasa sambil sekolah selama dua minggu pertama puasa. Pada saat berbuka pun nafsu makan biasa saja. Tak terlalu menggebu walau puasa panjang. Semoga tahun-tahun berikutnya ibadah puasa kita juga lancar, walaupun semakin masuk puncak musim panas. Aamiin...
Tak hanya panjang, berbeda dengan bulan Ramadhan tahun lalu yang musim panasnya lebih sering diguyur hujan, tahun ini hujan jarang turun. Suhu udara merayap menuju angka 40°C. Terutama di Jerman Timur dan Selatan. Kami di barat, mengalami suhu terpanas sekitar 37°C. Badan terasa jauh lebih lemas dibanding puasa biasanya. Saya belum bisa membayangkan, bagaimana mereka yang berpuasa di bawah suhu terik mendekati angka 50°C.
Hari panjang menjadikan jadwal buka dan sahur menjadi berdekatan. Buka sekitar pukul 10 malam. Sahur pukul 2 hingga setengah tiga. Belum lagi makanan turun di perut, sudah hendak diisi lagi. Saya sendiri lebih banyak makan buah-buahan selama sahur. Siang hari saat panas-panasnya dan kegiatan jarang, tidurlah yang jadi penghalau lapar sementara.
Alhamdulillah, walau jam tidur bergeser, ibadah puasa tergolong lancar. Si Embak, anak sulung kami masih tetap berpuasa sambil sekolah selama dua minggu pertama puasa. Pada saat berbuka pun nafsu makan biasa saja. Tak terlalu menggebu walau puasa panjang. Semoga tahun-tahun berikutnya ibadah puasa kita juga lancar, walaupun semakin masuk puncak musim panas. Aamiin...
No comments:
Post a Comment