Di Jerman, beberapa kali kami sekeluarga mencicipi makanan Maroko rumahan. Bukan makan di restoran. Melainkan saat diundang oleh teman, yang sebenarnya bukan orang Maroko asli. Pertama, kami menjajal couscous, pasta suku Berber. Yang memasak adalah seorang kenalan bersuami orang Maroko. Couscous buatannya sungguh gurih, cocok di lidah. Kedua ketika makan menu berbahan dasar daging kambing. Dibumbui, entah apa sehingga dagingnya sama sekali tak bau kambing dengan buah zaitun sangat banyak. Teman saya ini sedang mengadakan akikah bagi anaknya. Tukang masaknya adalah bapak-bapak asal Maroko, katanya. Sayangnya kok saya lupa tanyakan apa nama makanan tersebut.
Di kota Fes, tempat kami tinggal, suasana Maroko sangat kental. Waralaba makanan asing jarang sekali terlihat. Apalagi di Ville Nouvelle, daerah tempat kami menginap. Yang ada adalah warung-warung makanan asli Maroko. Adik-adik mahasiswa Indonesia teman kami selama di Maroko banyak membantu mencukupi kebutuhan pokok ini.
Malam hari pertama tiba, kami mampir di satu warung dekat hotel. Entah apa namanya. Si Adik mahasiswa menyarankan kami mencoba tajine. Makanan satu ini pernah saya dengar namanya, tapi belum tahu bentuknya. Tajine adalah kaserol ayam, daging atau ikan, dimasak dalam wadah tanah liat. Makanan manis juga ada yang dimasak dengan cara ini. Wadahnya bundar, berat, dengan tutupnya berbentuk kerucut. Tradisional, dimasak diatas bara arang. Suami pilih tajine daging, saya pilih ayam saja.
Makanan datang dalam keadaan tertutup. Ada piring di bawahnya agar tak kepanasan saat dipegang. Saya buka tutup beratnya. Uap segera mengepul. Bapak pramusaji mengambilnya. Tajine ayamnya menggunakan filet dada potongan jumbo. Warnanya kuning, dimasak dengan bumbu dedaunan warna hijau. Ada campuran potongan kentang dan buah zaitun hijau. Ditambah roti, makanan pokok orang Maroko. Saya colek sedikit dengan garpu. Empuk. Cicipi sedikit. Enak sekali. Susah dideskripsikan, sebab saya tak tahu bumbu apa saja yang mereka gunakan. Adik-adik mahasiswa pun tak tahu.
Tajine daging pesanan suami ternyata terbuat dari daging cincang. Dibentuk bulat mirip bakso mini. Warnanya merah. Saya simpulan ada campuran tomat. Rasanya pun asam. Kata suami, rasanya seperti bakso dengan saus tomat. karena dihidangkan dengan roti porsi banyak, tajine yang terlihat sedikit porsinya ini, jadi mengenyangkan. Saya sendiri, sungguh tak menyesal milih versi ayam.
No comments:
Post a Comment