Hari kedua di Fes setelah bapak-bapak Jumatan, kami makan di tempat sama dengan kemarin (ketika mencicipi tajine). Hari Jumat ini, ada menu istimewa di sini, yakni couscous (dibaca kuskus). Menurut adik mahasiswa teman kami selama di Maroko, couscous istimewa karena disajikan di waktu tertentu. Misalnya untuk menjamu tamu, atau hari Jumat. Usai Jumatan, orang Maroko suka mengundang kerabat untuk makan-makan di rumah mereka.
Couscous ini menjadi makanan pokok, tak hanya di Maroko, namun juga sebagian Afrika Utara seperti Aljazair, Tunisia dan Libya. Mulai dikenal abad 13 masehi. Di sebuah buku resep arab abad 13 tersebut, disebuatkan bahwa couscous sudah terkenal di seluruh dunia. Saat ini, makanan ini dikenal di Eropa berkat imigran Afrika Utara.
Couscour terbuat dari semolina yang dihancurkan hingga menjadi butiran halus. Sekilar mirip bulgur (menir gandum), tapi butirannya lebih halus. Cara memasaknya adalah dengan dikukus. Couscous instan bisa digunakan setelah direndam sebentar dengan air panas.
Nah, couscous ini kemudian disajikan dengan aneka macam sayuran tumis atau rebus dengan atau tanpa daging. Misalnya saja dengan paprika, zucchini, tomat dan wortel. Pertama kali makan ini, campurannya hanya bumbu entah dan paprika segar. Sudah terasa enak.
Saat makan di Maroko tersebut, hanya Abi yang memesan couscous. Awalnya mau yang daging. Tapi tak ada, akhirnya milih ayam. Yang keluar adalah segunung couscous lengkap dengan aneka tumis sayuran : wortel, daun kol, zucchini, potongan mirip labu, dan kacang merah. Ayamnya nyaris tak kelihatan. Hidangan ini disajikan dengan kuah kaldu. Kata Abi, enak sekali rasanya. Percaya, deh! :)
No comments:
Post a Comment