Saya kenal macaron baru-baru ini dari satu tulisan Makiko Itoh di blog miliknya, Justhungry. Padahal konon macaron sudah dibuat di Prancis tahun 1791. Bahkan ada klaim bahwa debut macaron dimulai dengan kedatangan chef pastry-nya Catherine de Medici asal Italia yang menikah dengan Henry II dari Perancis pada tahun 1533.
Masih dari Wikipedia, tahun 1830-an macaron disajikan dua-dua ditambah selai, likor dan bumbu. Macaron yang dikenal orang saat ini disebut sebagai "Gerbet" atau macaron Paris, kreasi dari Pierre Desfontaines dari pâtisserie Ladurée, Perancis. Terdiri dari dua bundaran berbahan dasar almond diisi dengan krim mentega, selai atau ganache. Macaron adalah oleh-oleh spesial dari Perancis. Di Berlin juga ada pâtisserie Ladurée, jadi bisa membeli macaron di sana. Dan menurut informasi seorang sahabat, macaron bisa pula didapatkan di bandara Dubai dengan harga lebih murah, namun rasa tak kalah dasyat.
Mulanya saya agak pesimis dengan macaron. Sebab kata Makiko, makanan ini tak terlalu berkarakter, dan didominasi oleh rasa manis. Ketika berkunjung ke Swiss, akhir Desember lalu, teman tempat kami menumpang merekomendasikan agar kami mencoba luxemburgerli, versi mini macaron Paris di confectionary Sprüngli.
Kembali ke Wikipedia, Luxemburgerli ditemukan oleh konfeksioner bernama Camille Studer, pembawa resep ke Zürich setelah mengkreasinya di sebuah toko confectinary di Luxemburg tahun 1957. Nama Luxemburgerli berasal dari nama panggilan buat Studer, yang keluarganya berasal dari Luxemburg. Dari nama asli Baiser de Mousse berganti menjadi konfeksi Luxemburger, menjadi Luxemburgerli (Luxemburger mini) dalam bahasa jerman Swiss.
Atas jasa Richard Sprüngli, pemilik confectionary Sprüngli saat itu, Luxemburgerli mengalami kisah sukses, menjadikannya macaron versi Zürich. Sprüngli sendiri sebenarnya tak hanya menjual macaron mini, namun jajanan manis, aneka coklat buatan sendiri nan mahal, kopi. Pusatnya di kota Zürich, dimana mereka punya 16 toko dan cafe. Di stasiun kereta api dan bandara Zürich saja mereka membuka beberapa gerai. Cocok bagi mereka yang membeli di menit-menit terakhir atau untuk oleh-oleh.
Masuk ke sebuah kafe atau toko Sprüngli langsung tercium bau harum coklat. Semua kue-kuenya terlihat cantik dan sangat lezat. Sungguh menggoda iman. Kalau di-kurs-kan ke euro harganya memang jadi terasa mahal.
Di toko Sprüngli Paradeplatz, tempat kami membelinya, Luxemburgerli di jual tepat di tengah-tengah toko. Kita bisa memilih aneka rasa dan aroma. Semua harganya sama. Sebab harga dihitung berdasarkan berat. Ada beberapa kemasan isi. Yang sedang seingat saya isi 16 biji. Akan tetapi, sesuai tips dari teman, jika hanya ingin mencicipi, bisa mambeli kemasan paling kecil isi empat biji. Si Embak penjual pintar berbahasa inggris. Dia menawarkan Luxemburgerli gratis masing-masing satu bagi dua anak saya. Keduanya memilih rasa cokelat. Saya pilih karamel, capucino dan cokelat untuk dibeli.
Enakkkkk sekali kata kedua krucil. Kata teman lagi, Luxemburgerli sebaiknya jangan dimakan lebih dari tiga hari. Benar juga di kemasan tertulis sebaiknya sesegera mungkin dikonsumsi. Ternyata saya suka. Memang agak terlalu manis. Tapi jika makan satu dua biji, terasa sekali nikmatnya. Krim terasa lembut dimulut. Apalagi ukurannya mini (diamater sekitar 2,5-3 cm saja), jadi langsung hap, biarkan di mulut beberapa lama, nikmati manisnya Luxemburgerli.
No comments:
Post a Comment