Saturday, November 19, 2011

Nasi libanon Aachen


"Kalau belum makan nasi libanon, bisa diartikan belum pernah ke Berlin" Kata temen-temen yang sudah mencicipi enaknya nasi libanon. Sebetulnya apa sih nasi libanon dan kenapa juga ada libanon di Berlin?

Sepertinya itu merupakan istilah saja yang digunakan oleh orang-orang Indonesia ketika mengunjungi restaurant khas timur tengah ini di Berllin. Banyak dari mereka yang terkesan dengan hidangan sepaket nasi dan lauk pauk yang cukup melimpah dan rasanya enak yang akhirnya mereka beri nama sendiri dengan sebutan nasi libanon. Saya pribadi sudah beberapa kali mengunjungi Berlin tapi belum pernah sempat menginjakan kaki di restaurant tersebut, makanya teman-teman sering bilang seperti itu.

Eh, gak disangka gak dinyana wahai teman-temanku, ternyata gak usah ke Berlin, di Aachen juga ada restorant yang menyajikan hidangan seperti nasi libanon di berlin. 


Berawal dari aksi mogok masak setelah sibuk dengan tumpeng kemarin,  saya mengajak tetangga untuk berwisata kuliner. Kali ini sasaran wisata kuliner kami adalah restaurant yang menyajikan salah satu hidangan mirip nasi libanon, malah katanya lebih enak ketimbang nasi libanon Berlin. Senangnyaaa...

Akl libanisches restaurant berlokasi cukup strategis, berdekatan dengan zeitung museum dan juga dekat rathaus Aachen. Tempatnya terlihat sempit, hanya terdapat beberapa kursi dan meja. Ketika kami datang pas jam makan siang restaurant ini penuh dijejali oleh pelanggan yang sebagian besar orang Jerman. Setelah melihat menunya, akhirnya kami memutuskan untuk kembali ke restaurant ini setelah lewat jam makan siang.

Kami memesan menu yang dinamai Maloubi-Schawarma-MenĂ¼,  yakni menu tradisional dari derah arab, terdiri atas nasi masak bumbu dengan daging schawarma, ditaburi kacang mandeln dan petersilie. Sebagai tambahan, salat dan saus khas restaurant juga disajikan. Daging schawarma ini katanya berupa daging ayam yang dibacem pakai bumbu khas libanon, rasanya berbeda dari daging2 yang biasa disajikan di kebanyakan kedai turki. Nasi kebulinya sangat enak, dimasak bersama wortel kentang, dan sayuran lainnya, sehingga nasi benar-benar menyerap bumbu serta sari pati sayuran. Salatnya diberi dressing yang lain dari biasanya, segar tapi ada rasa lain dan diatasnya diberi taburan keripik. Selain itu,  kami juga terkesan dengan saus/Dipping yang disajikan, betul-betul enak dan tidak blenek seperti kebanyakan saus2 pada umumnya. Pokoknya wisata kuliner kali ini beneran puas deh dari segi harga juga lumayan terjangkau. Satu paket menu tadi dihargai sekitar 6,8 euro. Harga setiap menu berkisar antara 2 - 7 euro dengan porsi yang pas utk orang Indo (perempuan), tidak terlalu banyak.


2 comments:

  1. Sebutan restoran Libanon di berlin itu sebenarnya sangat rancu, tante Lia. Sebab aslinya El Reda tak menyediakan makanan Libanon, melainkan sebuah restoran Persia.hehe

    ReplyDelete
  2. akhirnya bisa mengomentari, setelah berkkunjung kesana. restoraunt el reda itu menyajikan hidangan libanon dan juga persia mbak.
    dan kenapa orang2 indo bilang nasi libanon, karena ketika makan nasi, sambil lihat foto-foto panorama libanon yang terpampang di dinding hehehe... kayaknya gitu kali ya?

    ReplyDelete

matched content: