"A bento-box lunch is really just a packed lunch - but it's a packed lunch prepared with a little extra care, for your family and loved ones, or just for yourself. Bento-box meals are satisfying to the eye and the soul, as well as the body." (Makiko Itoh, the Justbento Cookbook)
Sebuah bento adalah makanan dalam wadah. Satu hal yang populer dan telah menjadi tradisi berabad di Jepang ini kini telah mulai mendunia. Di sana, bento bisa dibeli di banyak tempat. Supermarket, stasiun kereta api hingga restauran. Meski demikian, bento buatan rumah juga masih jadi andalan bagi banyak orang : anak-anak TK dan para pekerja.
Orang-orang di luar Jepang mulai mempraktikkannya. Blog-blog bento dalam bahasa inggris menjamur. Di luar Jepang, mulai bisa ditemukan berbagai pernak-pernik penunjang pembuatan bento. Mulai wadah bento, aneka macam pemotong sayuran dan buah, cetakan-cetakan berbentuk uni adalah sekian dari banyak sekali peralatan untuk membuat bento.
Di tanah air pun gejala maraknya bento mulai nampak. Toko-toko online alat bento sudah mulai mudah ditemukan. Kursus-kursus tutorialnya dibanjiri peminat. Katering-katering penyedia bento juga mulai ada. Satu hal yang sangat saya acungi jempol. Di tengah kemudahan dalam membeli makan matang (di warung, resto, cafe, dll), ibu-ibu di tanah air sudah menyempatkan diri membuatkan bekal buat diri sendiri maupun keluarga.
Lalu, apa yang membuat suatu bekal disebut bento, sebab bento bukanlah bekal biasa. Kutipan dari buku Makiko diatas adalah jawabannya. Sebuah bento adalah bekal yang disiapkan dengan lebih hati-hati. makanan dalam bento pun hendaknya enak dilihat, baik buat rohani maupun jasmani. Kutipan diatas juga sejalan dengan visi kami di blog bento milik kami, www.dbento.com : para pencinta BENTO yang meluangkan waktu untuk menambah nilai sebuah 'bekal'.
Bento, saya artikan disini bukanlah sekumpulan makanan yang masuk dalam satu wadah. Dia harus menyehatkan serta terlihat cantik.
Sebuah bekal menyehatkan tentu sangat diperlukan dalam tumbuh kembang anak-anak. Makanan sehat tidak hanya bagus buat badan, tapi juga buat otak. Sayangnya tak semua orang menyempatkan diri untuk membuat bekal sehat bagi anak-anaknya. Saat pulang kampung beberapa tahun lalu, saya sangat prihatin melihat isi bekal keponakan saya. Isi bekal makan siangnya sangat tidak seimbang. Kadang hanya mie instan, kadang mie instan dengan telur mata sapi, kadang hanya kentang goreng saja. Tak ada elemen sayur atau buah-buahan sama sekali. Makan pagi di rumah pun tak jauh-jauh dari makanan instan. Mereka susah disuruh makan sayur. Ditawari makanan cepat saji tak pernah menolak. Yang dewasa pun tak memberi contoh makan makanan lebih sehat kepada anak-anak tersebut. Syukurlah anak-anak saya, karena sudah biasa mulai kecil, tak kesulitan untuk makan berjenis sayuran dan buah.
Anak-anak saya disini sudah mulai membawa bekal sehat semenjak taman kanak-kanak. Pihak sekolah sudah memberi instruksi bekal apa saja yang boleh dibawa ke sekolah maupun yang dilarang dibawa. Pada dasarnya mereka ingin agar anak-anak terbiasa makan makanan sehat sejak dini. Saya sebisa mungkin menyiapkan bekal seimbang dalam porsi mini setiap hari. Porsi seimbang disini adalah bahwa sebisa mungkin bekal mereka mengandung, karbohidrat, protein, sedikit lemak, serta buah dan sayuran. Roti bersemir selai coklat, meses, selai manis, permen sebisa mungkin dihindari.
Selain bekalnya seimbang, makin lama saya juga makin memperhatikan estetika bekal. Jadi selain sehat, saya tata dengan rapi sehingga terlihat lebih cantik. Agar anak-anak juga semakin bersemangat memakannya. Rupanya ada seorang ibu guru di TK yang memperhatikan. Katanya, anak lelaki saya di TK dengan bangga sering memamerkan isi bekalnya ke teman-teman di TK.
Bento, secara tidak langsung memberikan hal-hal positif dalam keluarga kami. Bagi saya, membuat bento adalah satu tanda cinta kepada keluarga. Kepada suami yang sudah bekerja keras demi keluarga. Kepada anak-anak agar memiliki tumbuh kembang optimal, baik jasmani, rohani maupun kecerdasannya. Bagi saya sendiri agar membiasakan diri makan makanan sehat.
Semoga teman-teman juga mendapat manfaat dari bento.:)
menarik ya... ternyata filosofi bento seperti itu.. wah, jadi gak sabar nunggu anak saya sekolah ntar.. :) masalahnya, saya harus cari sekolah yang bener2 mensupport ortu dan pihak sekolah sendiri unt mau membawa bekal yg sehat dan seimbang gizi.. lha wong di daerah saya banyak sekolah yang membiarkan aja anak-anaknya membawa bekal yang kurang sehat :(
ReplyDeleteSesuai pengalaman pribadi, kebiasaan makan makanan sehat jg bisa diterapkan sedini mungkin di rumah.Sebagai pengganti cemilan manis2, saya sediakan potongan apel, wortel ataupun tomat. kadang2 juga sayuran rebus, seperti buncis dan brokoli.
ReplyDeleteSebagai ortu, kami juga memberi contoh dengan rajin makan sayur dan buah2an.
Di sekolah, pengaruh lingkungan pasti juga sangat berarti, ya. Kalau teman2nya berbekal coklat atau makanan kurang sehat lainnya, tentu anak2 kita bakal tak berselera jika dibekali sayuran/buah2an.
Semoga saja ada makin banyak sekolah yg memperhatikan dan menerapkan bekal sehat bagi anak2... Amin...
amiin, semoga yah. investasi masa depan demi kecerdasan dan kesehatan anak dan anggota keluarga lainnya...
ReplyDeletesetuju bgt dgn filosofinya... jd tambah semangat ngebento
iya Tante Lia. Ayo kita biasakan masak dan makan makanan sehat dalam keluarga.... :)
ReplyDelete